Wafatnya Putra Rasulullah

Ibrahim adalah putra Nabi Muhammad SAW yang wafat saat masih bayi. Red: Hasanul Rizqa ILUSTRASI Nabi Muhammad SAW.
Foto: Republika.co.id
ILUSTRASI Nabi Muhammad SAW.
Memasuki tahun kesembilan Hijriyah, posisi umat Islam kian kuat. Nabi Muhammad SAW tidak hanya melakukan dakwah lisan, tetapi juga dengan mengirimkan surat-surat kepada sejumlah penguasa, baik yang berbangsa Arab maupun non-Arab.

Salah satu pemimpin yang mendapatkan surat dari Rasulullah SAW ialah Muqauqis. Ia merupakan penguasa Mesir.

Muqauqis mengapresiasi surat Nabi SAW. Sebagai balasan, ia mengirimkan banyak hadiah kepada Rasulullah SAW. Di antara pemberiannya itu adalah dua budak perempuan, yakni Mariyah al-Qibthiyah dan adik wanita itu, Sirin.

Sesampainya di Madinah, Mariyah kemudian diperistri oleh Rasulullah SAW. Adapun Sirin menjadi pasangan bagi Hasan bin Tsabit.

Allah menghendaki Mariyah sebagai perempuan istimewa. Sebab, di antara istri-istri Nabi SAW pada saat itu, hanya dialah yang hamil.

Lahirnya Ibrahim

Mariyah melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak itu lalu diberi nama oleh Nabi Muhammad SAW, yakni Ibrahim.

Nama itu merujuk pada sosok leluhur beliau, yakni Nabi Ibrahim AS. Senyum bahagia terpancar dari wajah Nabi SAW. Para sahabat yang mendengar kabar kelahiran tersebut juga mengucapkan selamat.

“Tadi malam aku dikaruniai seorang anak laki-laki. Aku memberinya nama Ibrahim, seperti nama kakek buyutku (Nabi Ibrahim AS),” kata Nabi SAW memberikan kabar tentang kelahiran anaknya itu, seperti disebut dalam hadis sahih riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad.

Sebagai wujud syukur, Nabi mengadakan akikah dengan menyembelih kambing serta bersedekah perak kepada kaum miskin. Bobot perak yang diberikan setara berat rambut sang bayi.     

      Tentunya banyak perempuan di Madinah yang bersedia menjadi ibu susu bagi Ibrahim bin Muhammad SAW. Namun, pilihan Rasul SAW akhirnya jatuh pada sosok Ummu Saif, istri Abu Yusuf.

Perasaan yang manusiawi kemudian muncul dari sejumlah istri Nabi SAW. Ya, mereka cemburu.

‘Aisyah dan Hafshah, misalnya, mengalami kecemburuan yang besar. Mereka merasa Mariyah lebih disayang lantaran dapat memberikan kepada suaminya seorang anak laki-laki.

Nabi SAW tetap memperlakukan para istrinya secara adil. Meski demikian, kadang kala sikap tegas ditunjukkannya. Misalnya, dengan menegur seorang istrinya yang berkata, wajah Ibrahim tak mirip beliau.

Suka berganti duka

Adanya Ibrahim, sang putra yang kehadirannya lama dinanti-nanti, tentu membawa perasaan gembira pada Nabi SAW. Namun, kabar yang memilukan terjadi.

Tiba-tiba, putra Nabi SAW itu jatuh sakit. Kondisi ananda kian hari kian mengkhawatirkan. Rasul SAW dan Mariyah begitu sedih menghadapi keadaan tersebut.

Apalagi, usia Ibrahim belum genap dua tahun. Kira-kira, antara 16 hingga 18 bulan umurnya. Berhari-hari kemudian, Ibrahim akhirnya meninggal dunia.

Rasulullah SAW begitu sedih dengan wafatnya sang putra kesayangan. Bahkan, tubuh Nabi SAW jatuh lemas, tak kuasa berdiri. Beliau sampai-sampai dipapah sahabatnya, Abdurrahman bin Auf, saat di rumah Mariyah.rol

No comments: